


Adab kepada orang tua (1)
Al-birr (kebaikan) dimutlakkan untuk setiap perbuatan ketaatan yang lahir maupun yang batin. Ibnu Taimiyyah dalam Majmu’ah Al-Fatawa (7:165) menyebutkan bahwa al-birr adalah segala bentuk perintah Allah
Makmur Hidayat M.Pd.
3/23/20246 min read


SHAHIH ADAB ISLAMIAH
ADAB PADA ORANG TUA :
1. Bersyukur kepada orang tua
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِۚ حَمَلَتْهُ اُمُّهٗ وَهْنًا عَلٰى وَهْنٍ وَّفِصَالُهٗ فِيْ عَامَيْنِ اَنِ اشْكُرْ لِيْ وَلِوَالِدَيْكَۗ اِلَيَّ الْمَصِيْرُ
Kami mewasiatkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah dan menyapihnya dalam dua tahun. “Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu.” Hanya kepada-Ku (kamu) kembali. (QS. Luqman: 13-14)
Dari Abi Burdah, ia melihat Ibnu ‘Umar dan seorang penduduk Yaman yang sedang thawaf di sekitar Ka’bah sambil menggendong ibunya di punggungnya. Orang itu bersenandung,
إِنِّي لَهَا بَعِيْرُهَا الْمُـذِلَّلُ – إِنْ أُذْعِرْتُ رِكَابُهَا لَمْ أُذْعَرُ
Sesungguhnya diriku adalah tunggangan ibu yang sangat patuh.
Apabila tunggangan yang lain lari, maka aku tidak akan lari.
ثُمَّ قَالَ : ياَ ابْنَ عُمَرَ أَتَرَانِى جَزَيْتُهَا قَالَ : لاَ وَلاَ بِزَفْرَةٍ وَاحِدَةٍ
Orang itu lalu berkata, “Wahai Ibnu Umar apakah aku telah membalas budi kepadanya?” Ibnu Umar menjawab, “Engkau belum membalas budinya, walaupun setarik napas yang ia keluarkan ketika melahirkan.” (Adabul Mufrod no. 11. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih secara sanad)
2. Berbicara lemah lembut & Beradab Ketika duduk dengan orang tua
۞ وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا
Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. (Q.S Al israa : 23)
Sekadar mengucapkan kata ah kepada orang tua tidak dibolehkan oleh agama, apalagi memperlakukan mereka dengan lebih kasar.
قَالَ لِي ابْنُ عُمَرَ : أَتَفْرَقُ النَّارَ، وَتُحِبُّ أَنْ تَدْخُلَ الْجَنَّةَ؟ قُلْتُ : إِي وَاللَّهِ، قَالَ : أَحَيٌّ وَالِدُكَ؟ قُلْتُ : عِنْدِي أُمِّي، قَالَ : فَوَاللَّهِ لَوْ أَلَنْتَ لَهَا الْكَلامَ، وَأَطْعَمْتَهَا الطَّعَامَ، لَتَدْخُلَنَّ الْجَنَّةَ مَا اجْتَنَبْتَ الْكَبَائِرَ
Ibnu Umar berkata, kepadaku, "Apakah engkau takut dari neraka dan ingin masuk surga?" Saya berkata, "Apa benar, demi Allah?," Ibnu Umar berkata, "Apakah orang tuamu masih hidup?" Saya menjawab, "Ibu saya masih hidup." Ibnu Umar berkata, "Demi Allah! sekiranya engkau berbicara lemah lembut kepadanya dan memberi makan kepadanya, maka niscaya engkau benar-benar akan masuk surga selama dosa-dosa besar itu dijauhi." Shahih, dalam kitab Ash-Shahihah (2898), ADABUL MUFRAD no 8
3. Menuruti perintahnya
لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةٍ ، إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ
“Tidak ada ketaatan dalam melakukan maksiat. Sesungguhnya ketaatan hanya dalam melakukan kebajikan.” (HR. Bukhari, no. 7257 dan Muslim, no. 1840)
4. Tidak menyakiti hati orang tua
إِبْكَاءُ الوَالِدَيْنِ مِنَ العُقُوْقِ
“Membuat orang tua menangis termasuk bentuk durhaka pada orang tua.” (Birr Al-Walidain, hlm. 8, Ibnul Jauziy)
5. Tidak pergi kecuali dengan izin keduanya
قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا يَقُولُ
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاسْتَأْذَنَهُ فِي الْجِهَادِ فَقَالَ أَحَيٌّ وَالِدَاكَ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَفِيهِمَا فَجَاهِدْ
berkata aku mendengar 'Abdullah bin 'Amru radhiallahu'anhuma berkata, "Datang seorang laki-laki kepada Nabi ﷺ lalu meminta izin untuk ikut berjihad. Maka beliau bertanya, "Apakah kedua orang tuamu masih hidup?" Laki-laki itu menjawab, "Iya." Maka beliau berkata, "Kepada keduanyalah kamu berjihad (berbakti)." Sanad Bukhari – 2782/ Muslim 4623
6. Menjauhi Murka Orangtua
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
Nabi ﷺ bersabda, "Tiga doa yang akan dikabulkan, dan tidak diragukan padanya, yaitu: doa orang tua, doa orang yang bersafar, dan doa orang yang dizalimi." Sanad Abu Daud – 1313
Kisah juraij dengan kemurkaan ibunya
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ رَجُلٌ فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ يُقَالُ لَهُ جُرَيْجٌ يُصَلِّي فَجَاءَتْهُ أُمُّهُ فَدَعَتْهُ فَأَبَى أَنْ يُجِيبَهَا فَقَالَ أُجِيبُهَا أَوْ أُصَلِّي ثُمَّ أَتَتْهُ فَقَالَتْ اللَّهُمَّ لَا تُمِتْهُ حَتَّى تُرِيَهُ وُجُوهَ الْمُومِسَاتِ وَكَانَ جُرَيْجٌ فِي صَوْمَعَتِهِ فَقَالَتْ امْرَأَةٌ لَأَفْتِنَنَّ جُرَيْجًا فَتَعَرَّضَتْ لَهُ فَكَلَّمَتْهُ فَأَبَى فَأَتَتْ رَاعِيًا فَأَمْكَنَتْهُ مِنْ نَفْسِهَا فَوَلَدَتْ غُلَامًا فَقَالَتْ هُوَ مِنْ جُرَيْجٍ فَأَتَوْهُ وَكَسَرُوا صَوْمَعَتَهُ فَأَنْزَلُوهُ وَسَبُّوهُ فَتَوَضَّأَ وَصَلَّى ثُمَّ أَتَى الْغُلَامَ فَقَالَ مَنْ أَبُوكَ يَا غُلَامُ قَالَ الرَّاعِي قَالُوا نَبْنِي صَوْمَعَتَكَ مِنْ ذَهَبٍ قَالَ لَا إِلَّا مِنْ طِينٍ
Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, "Ada seorang laki-laki Bani Israil, yang dipanggil dengan nama Juraij, sedang melaksanakan salat lalu ibunya datang memanggilnya, namun laki-laki itu enggan menjawabnya. Dia berkata, "Apakah aku penuhi panggilannya atau aku teruskan salat?" Akhirnya ibunya itu mendekatinya seraya berkata, "Ya Allah, janganlah Engkau matikan dia kecuali setelah dia memperoleh ujian." Suatu hari Juraij sedang berada di biaranya lalu ada seorang wanita berkata,: "Aku akan goda si Juraij." Lalu wanita ini menawarkan dirinya tapi Juraij menolakmya. Kemudian wanita ini mendatangi seorang pengembala lalu wanita ini tinggal bersamanya hingga melahirkan seorang bayi. Lalu wanita itu berkata, "Ini anaknya Juraij." Maka orang-orang mendatangi Juraij dan menghancurkan biaranya dan memaksanya keluar lalu memaki-makinya. Juraij berwudu lalu salat. Kemudian dia mendatangi bayi lalu bertanya, "Siapakah bapakmu wahai anak?" Bayi itu menjawab, "Seorang pengembala." Orang-orang berkata, "Kami akan bangun biaramu terbuat dari emas." Juraij berkata, "Tidak, dari tanah saja". Sanad Bukhari – 2302/2482
7. Melayani ibunya ( Bagi Pria yang nomor 1 adalah ibu )
Setiap anak laki-laki wajib berbakti kepada orangtuanya seumur hidupnya, ia wajib menjadikan kedua orangtuanya itu sebagai orang yang paling utama baginya berbagi kebaikan kepadanya
أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيرُكَ فَقَالَ هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَالْزَمْهَا فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا
Bahwasanya Jahimah pernah datang kepada Nabi ﷺ seraya berkata: "Wahai Rasulullah, aku ingin berperang, sementara aku datang untuk meminta petunjukmu. Beliau pun bertanya: "Apakah engkau masih memiliki ibu?" Ia menjawab: "Ya" Beliau bersabda: "Jagalah dia, karena surga itu di bawah kedua kakinya." Sanad Nasa'i – 3053 Hasan shahi
قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
Pernah ada seseorang yang datang kepada Rasulullah ﷺ seraya berkata: "Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak kuberikan bakti kepadanya?" Beliau menjawab: "Ibumu." Ia bertanya lagi: "Kemudian siapa?" Beliau menjawab: "Ibumu." Ia bertanya lagi: "Kemudian siapa lagi?" Beliau menjawab: "Ibumu." Ia bertanya lagi: "Kemudian siapa?" Beliau menjawab: "Kemudian ayahmu." Sanad Bukhari – 5514
قلت يا رسول الله أي الناس أعظم حقا على المرأة ؟ قال « زوجها » قلت: فأي الناس أعظم حقا على الرجل ؟ قال « أمه » رواه الحاكم والنسائي.
“Ya Rasulullah, siapakah orang yang paling besar haknya terhadap seorang wanita?
Rasulullah menjawab : “Suaminya”, Aku bertanya : “siapakah orang yang paling besar haknya terhadap seorang laki-laki?” Rasulullah menjawab : “Ibunya” (HR. AlHakim dan An-Nasaa’i) HR. Al-Hakim (7244) dan An-Nasaa’i (9148), dishahihkan oleh Al-Hakim
8. Berdoa untuk orang tua setelah wafatnya, memohonkan ampunan kepada Allah untuk orang tua
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيٰنِيْ صَغِيْرًاۗ
Rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua (menyayangiku ketika) mendidik aku pada waktu kecil.”
(Q.S Al israa : 24)
قَالَ إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ إِلَّا مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ
Rasulullah ﷺ bersabda: "Apabila salah seorang meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara, yaitu; sedekah yang terus-menerus mengalir, ilmu yang bermanfaat dan anak saleh yang selalu mendoakannya." Sanad Muslim - 3084
وَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الرَّجُلَ لَتُرْفَعُ دَرَجَتُهُ فِي الْجَنَّةِ فَيَقُولُ أَنَّى هَذَا فَيُقَالُ بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
Rasulullah ﷺ bersabda, "Sesungguhnya seseorang akan di angkat derajatnya di surga, lalu orang tersebut akan bertanya, 'Bagaimana ini bisa terjadi?' lalu dijawab, 'Karena anakmu telah memohonkan ampun untukmu.'" Ashim bin bahdalah Abi An Najud Sanad Ibnu Majah – 3650 sanad hasan
9. Bersedekah untuk orangtua yang sudah wafat
أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أُمِّي افْتُلِتَتْ نَفْسُهَا وَأَظُنُّهَا لَوْ تَكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ فَهَلْ لَهَا أَجْرٌ إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ
Bapaknya dari 'Aisyah radhiallahu'anha bahwa ada seorang laki-laki berkata, kepada Nabi ﷺ, "Ibuku meninggal dunia dengan mendadak, dan aku menduga seandainya dia sempat berbicara dia akan bersedekah. Apakah dia akan memperoleh pahala jika aku bersedekah untuknya (atas namanya)?" Beliau menjawab, "Ya, benar". Sanad Bukhari – 129
10. Menyambung kekerabaran orangtua setelah kematiannya
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَأَنَّ رَجُلًا مِنْ الْأَعْرَابِ لَقِيَهُ بِطَرِيقِ مَكَّةَ فَسَلَّمَ عَلَيْهِ عَبْدُ اللَّهِ وَحَمَلَهُ عَلَى حِمَارٍ كَانَ يَرْكَبُهُ وَأَعْطَاهُ عِمَامَةً كَانَتْ عَلَى رَأْسِهِ فَقَالَ ابْنُ دِينَارٍ فَقُلْنَا لَهُ أَصْلَحَكَ اللَّهُ إِنَّهُمْ الْأَعْرَابُ وَإِنَّهُمْ يَرْضَوْنَ بِالْيَسِيرِ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ إِنَّ أَبَا هَذَا كَانَ وُدًّا لِعُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ وَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلَ وُدِّ أَبِيهِ
Dari 'Abdullah bin 'Umar dia berkata, "Seorang laki-laki desa bertemu dengannya di salah satu jalan di kota Makkah. Lalu 'Abdullah memberi salam kepadanya dan menaikkannya ke atas keledai yang dikendarainya, dan diberinya serban yang sedang dipakainya di kepala." Kata Ibnu Dinar, "Maka kami berkata kepada 'Abdullah bin 'Umar, 'semoga Allah Ta'ala membalas kebaikan Anda. Sesungguhnya orang desa itu lebih suka yang sederhana." Jawab 'Abdullah, "Bapak orang ini adalah sahabat baik 'Umar bin Khaththab. Aku mendengar Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya kebajikan yang utama ialah apabila seorang anak melanjutkan hubungan (silaturrahim) dengan keluarga sahabat baik ayahnya."Sanad Muslim – 4629
11. Jangan memanggil orang tua dengan Namanya saja.
أَنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ ، " أَبْصَرَ رَجُلَيْنِ، فَقَالَ لأَحَدِهِمَا : مَا هَذَا مِنْكَ؟، فَقَالَ : أَبِي، فَقَالَ : لا تُسَمِّهِ بِاسْمِهِ، وَلا تَمْشِ أَمَامَهُ، وَلا تَجْلِسْ قَبْلَهُ "
Bahwa Abu Hurairah melihat dua orang laki-laki, lalu dia berkata kepada salah satunya, "Apa hubungannya dengan kamu?, Orang itu menjawab, "Dia bapakku," Lalu Abu Hurairah berkata, "Janganlah engkau memanggilnya dengan namanya, janganlah engkau berjalan di depannya, dan janganlah engkau duduk sebelumnya." Adabul mufrad : 44
12. Jangan membenci orang tua
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَرْغَبُوا عَنْ آبَائِكُمْ فَمَنْ رَغِبَ عَنْ أَبِيهِ فَهُوَ كُفْرٌ
Nabi ﷺ, beliau bersabda: "Janganlah kalian membenci ayah-ayah kalian, sebab barang siapa yang membenci ayahnya adalah wujud dari kekufuran." Sanad Bukhari – 6270
13. Jangan Menisbatkan diri pada yang bukan bapaknya
عَنْ سَعْدٍ وَأَبِي بَكْرَةَ كِلَاهُمَا يَقُولُاسَمِعَتْهُ أُذُنَايَ وَوَعَاهُ قَلْبِي مُحَمَّدًا صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ ادَّعَى إِلَى غَيْرِ أَبِيهِ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ غَيْرُ أَبِيهِ فَالْجَنَّةُ عَلَيْهِ حَرَامٌ
Dari Sa'd dan Abu Bakrah keduanya berkata, "Telingaku mendengarnya dan hatiku meresapinya dari Muhammad ﷺ, bahwa beliau bersabda, "Barang siapa mengklaim orang lain sebagai bapaknya, padahal dia mengetahui bahwa dia bukan bapaknya, maka surga haram atasnya.'" Sanad Muslim - 96
14. Jangan melaknat nasab (orangtua lain)
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ مِنْ أَكْبَرِ الْكَبَائِرِ أَنْ يَلْعَنَ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَكَيْفَ يَلْعَنُ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ قَالَ يَسُبُّ الرَّجُلُ أَبَا الرَّجُلِ فَيَسُبُّ أَبَاهُ وَيَسُبُّ أُمَّهُ
Rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya di antara dosa-dosa yang paling besar adalah seseorang yang melaknat kedua orang tuanya sendiri." Beliau ditanya: "Bagaimana seseorang dapat melaknat kedua orang tuanya?" Beliau menjawab: "Seseorang yang mencela ayah orang lain, kemudian orang tersebut membalas kembali mencela ayah dan ibu orang yang pertama." Sanad Bukhari – 5516
15. Menunaikan Nazar orang tua
أَنَّ امْرَأَةً مِنْ جُهَيْنَةَ جَاءَتْ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ إِنَّ أُمِّي نَذَرَتْ أَنْ تَحُجَّ فَلَمْ تَحُجَّ حَتَّى مَاتَتْ أَفَأَحُجُّ عَنْهَا قَالَ نَعَمْ حُجِّي عَنْهَا أَرَأَيْتِ لَوْ كَانَ عَلَى أُمِّكِ دَيْنٌ أَكُنْتِ قَاضِيَةً اقْضُوا اللَّهَ فَاللَّهُ أَحَقُّ بِالْوَفَاء
ada seorang wanita dari suku Juhainah datang menemui Nabi ﷺ lalu berkata, "Sesungguhnya ibuku telah bernadzar untuk menunaikan haji namun dia belum sempat menunaikannya hingga meninggal dunia, apakah boleh aku menghajikannya?" Beliau menjawab, "Tunaikanlah haji untuknya. Bagaimana pendapatmnu jika ibumu mempunyai utang, apakah kamu wajib membayarkannya? Bayarlah utang kepada Allah karena (utang) kepada Allah lebih patut untuk dibayar". Sanad Bukari – 1720
ععَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَنَا أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ فَمَنْ مَاتَ وَعَلَيْهِ دَيْنٌ وَلَمْ يَتْرُكْ وَفَاءً فَعَلَيْنَا قَضَاؤُهُ وَمَنْ تَرَكَ مَالًا فَلِوَرَثَتِهِ
i Nabi ﷺ bersabda, "Saya lebih utama menjamin orang-orang mukmin daripada diri mereka sendiri, maka barang siapa meninggal sedang ia mempunyai utang dan tidak meninggalkan harta untuk melunasinya, kewajiban kamilah untuk melunasinya, dan barang siapa meninggalkan harta, maka itu bagi ahli warisnya." Sanad Bukhari – 623
Jika seseorang meninggal dunia, maka terlebih dahulu hartanya diambil untuk mengafaninya. Hal ini berdasarkan hadis tentang sahabat Mush’ab bin Umair ra. yang gugur di Perang Uhud.
Mush’ab tidak meninggalkan apa pun untuk dijadikan kafan kecuali selembar kain yang tidak sampai menutupi seluruh badan. Lalu Rasulullah ﷺ memerintahkan para sahabat agar menutupi bagian kepala jenazahnya terlebih dahulu (HR. Muslim no. 940).