Fiqih Sujud Sahwi

Fiqih Sujud Sahwi

Makmur Hidayat M.Pd.

5/5/20256 min baca

SUJUD SAHWI

Pengertian :

As-sahwu dan as-sahwatu secara Bahasa artinya lupa terhadap sesuatu[1]

Adapun definisi sujud sahwi menurut para pakar fiqih adalah sujud yang dilakukan diakhir shalat (sebelum salam) atau setelah shalat (setelah salam) untuk menutup kekurangan disebabkan meninggalkan sebagian yang diperintahkan atau melakukan sebagian yang dilarang tanpa sengaja [2]

Sujud sahwi menambal hal yang wajib dan sunnah dalam shalat, namun tidak bisa menambal yang rukun dalam shalat, sebaliknya jika ada rukun yang tertinggal maka wajib untuk diulang 1 rakaat sempurna untuk yang hilang rukunnya tersebut.

Hukum Sujud Sahwi

Sujud sahwi hukumnya wajib jika yang ditinggalkan adalah perkara yang wajib, dan sujud sahwi hukumnya sunnah jika yang ditinggalkan adalah perkara yang sunnah.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah pun menguatkan akan wajibnya sujud sahwi berdasarkan adanya perintah dalam hadits dan juga Rasulullah tidak pernah meninggalkan sujud sahwi. [3]

wajibnya sujud sahwi dan ini adalah pendapat Hanafiyah dan Hanabilah berdasarkan hadits ‘Alqomah,

صَلَّى بِنَا عَلْقَمَةُ الظُّهْرَ خَمْسًا، فَلَمَّا سَلَّمَ، قَالَ الْقَوْمُ: يَا أَبَا شِبْلٍ قَدْ صَلَّيْتَ خَمْسًا، قَالَ: كَلَّا، مَا فَعَلْتُ، قَالُوا: بَلَى، قَالَ: وَكُنْتُ فِي نَاحِيَةِ الْقَوْمِ، وَأَنَا غُلَامٌ، فَقُلْتُ: بَلَى، قَدْ صَلَّيْتَ خَمْسًا، قَالَ لِي: وَأَنْتَ أَيْضًا، يَا أَعْوَرُ تَقُولُ ذَاكَ؟ قَالَ قُلْتُ: نَعَمْ، قَالَ: فَانْفَتَلَ فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ، ثُمَّ سَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: قَالَ عَبْدُ اللهِ: «صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمْسًا»، فَلَمَّا انْفَتَلَ تَوَشْوَشَ الْقَوْمُ بَيْنَهُمْ، فَقَالَ «مَا شَأْنُكُمْ؟» قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ هَلْ زِيدَ فِي الصَّلَاةِ؟ قَالَ: «لَا»، قَالُوا: فَإِنَّكَ قَدْ صَلَّيْتَ خَمْسًا، فَانْفَتَلَ، ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ، ثُمَّ سَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: «إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ أَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ» وَزَادَ ابْنُ نُمَيْرٍ فِي حَدِيثِهِ «فَإِذَا نَسِيَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ»

“Alqamah shalat Zhuhur mengimami kami lima rakaat, ketika dia mengucapkan salam, maka suatu kaum berkata, ‘Wahai Abu Syibl, kamu telah melakukan shalat lima rakaat!.’ Dia menjawab, ‘Tidak demikian, aku tidak melakukannya.’ Mereka berkata, ‘Ya, kamu telah melakukannya.’ Perawi berkata, ‘Aku berada di sujud suatu kaum, dan aku ketika itu masih kecil. Aku berkata, ‘Ya kamu telah shalat lima rakaat.’ Dia berkata kepadaku, ‘Dan kamu juga mengatakan demikian wahai A’war? ‘ Aku menjawab, ‘Ya.’ Lalu dia berpaling, lalu bersujud dua kali, kemudian mengucapkan salam. Kemudian dia berkata, ‘Abdullah berkata, ‘Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam shalat mengimami kami lima rakaat. Ketika beliau berpaling maka kaum tersebut menggumam di antara mereka, maka beliau bertanya, ‘Ada apa dengan kalian? ‘ Mereka menjawab, ‘Wahai Rasulullah, apakah rakaat dalam shalat ditambahkan? ‘ Beliau menjawab, ‘Tidak.’ Mereka berkata, ‘Sesungguhnya kamu telah melakukan shalat lima rakaat.’ Lalu beliau berpaling kemudian sujud dua kali, kemudian mengucapkan salam. Kemudian beliau bersabda, ‘Aku hanyalah manusia biasa yang bisa lupa sebagaimana kalian juga bisa lupa.’ Ibnu Numair menambahkan dalam hadisnya, ‘Apabila salah seorang dari kalian lupa, hendaklah dia bersujud dua kali.” HR. Muslim No. 572

Sisi pendalilannya adalah dalam hadits terkandung perintah “hendaklah dia bersujud dua kali” dan perintah konsekuensinya untuk sesuatu yang wajib.

B. Tata Cara Sujud Sahwi

1. Sujud sahwi dilakukan dengan dua kali sujud di akhir shalat –sebelum atau sesudah salam.

2. Ketika ingin sujud disyariatkan untuk mengucapkan takbir “Allahu akbar”, begitu pula ketika ingin bangkit dari sujud disyariatkan untuk bertakbir.

3. Di akhir sujud sahwi, melakukan duduk tasyahud sebelum salam

Ketentuan tempat sujud sahwi :

A. Karena kurang melakukan yang di wajibkan di dalam shalat, maka tempatnya sebelum salam

B. Karena lebih melakukan yang di wajibkan di dalam shalat, maka tempatnya sesudah salam

C. Karena ragu, maka tempatnya dilakukan sebelum dan sesudah salam

BERIKUT RINCIANNYA :

A. Cara melakukan sujud sahwi karena ada kekurangan kewajiban dalam shalat, maka di lakukan sebelum salam :

1. Dilakukan karena lupa tidak melakukan tasyahud awal pada rakaat ke dua

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ ابْنِ بُحَيْنَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَكْعَتَيْنِ مِنْ بَعْضِ الصَّلَوَاتِ ثُمَّ قَامَ فَلَمْ يَجْلِسْ فَقَامَ النَّاسُ مَعَهُ فَلَمَّا قَضَى صَلَاتَهُ وَنَظَرْنَا تَسْلِيمَهُ كَبَّرَ قَبْلَ التَّسْلِيمِ فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ وَهُوَ جَالِسٌ ثُمَّ سَلَّمَ

Dari 'Abdullah Ibnu Buhainah radhiallahu'anhu bahwa dia berkata, "Rasulullah ﷺ pernah salat dua rakaat diantara salat beliau, lalu beliau berdiri dan tidak duduk, Maka orang-orang ikut berdiri mengikuti beliau. Ketika beliau menyelesaikan salatnya (empat rakaat) sedangkan kami sedang menunggu-nunggu beliau memberi salam, beliau bahkan bertakbir sebelum memberi salam kemudian sujud dua kali dalam posisi duduk lalu baru memberi salam". (HR. Bukhari no. 1148)

Hadits diatas menceritakan nabi ketika tidak tasyahud awal karena lupa, dan tidak ada jamaah yang mengingatkan, maka beliau ingat akan kekurangan tasyahud awal tersebut, dan melakukan sujud sahwi sebelum salam,

Jadi apabila kita di keadaaan yang sama sebagai imam, lupa untuk tasyahud awal dan terlanjur tegak berdiri, maka tidak perlu duduk kembali untuk tasyahud awal, cukup baginya untuk melengkapi shalat dengan melakukan sujud sahwi sebelum salam

عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُبَيْلٍ عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ عَنْ الْمُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنْ الرَّكْعَتَيْنِ فَلَمْ يَسْتَتِمَّ قَائِمًا فَلْيَجْلِسْ فَإِذَا اسْتَتَمَّ قَائِمًا فَلَا يَجْلِسْ وَيَسْجُدْ سَجْدَتَيْ السَّهْوِ

Dari Al Mughirah bin Syu'bah ia berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda, "Jika salah seorang dari kalian berdiri pada rakaat kedua namun belum sempurna dalam berdirinya, hendaklah ia duduk. Namun jika telah tegak berdiri janganlah duduk, hendaklah ia sujud sahwi dengan dua kali sujud." (HR. Ibnu majah no. 1198 – Shahih)

B. Cara melakukan sujud sahwi karena ada menambah kewajiban dalam shalat yang sempat terlupa, maka di lakukan sesudah salam :

1. Dilakukan karena menambah rakaat setelah shalat selesai, dikarenakan sebelumnya rakaat shalat belum sempurna, contoh hadit berikut ketika kejadian shalat dzuhur

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَى صَلَاتَيْ الْعَشِيِّ قَالَ ابْنُ سِيرِينَ سَمَّاهَا أَبُو هُرَيْرَةَ وَلَكِنْ نَسِيتُ أَنَا قَالَ فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ فَقَامَ إِلَى خَشَبَةٍ مَعْرُوضَةٍ فِي الْمَسْجِدِ فَاتَّكَأَ عَلَيْهَا كَأَنَّه غَضْبَانُ وَوَضَعَ يَدَهُ الْيُمْنَى عَلَى الْيُسْرَى وَشَبَّكَ بَيْنَ أَصَابِعِهِ وَوَضَعَ خَدَّهُ الْأَيْمَنَ عَلَى ظَهْرِ كَفِّهِ الْيُسْرَى وَخَرَجَتْ السَّرَعَانُ مِنْ أَبْوَابِ الْمَسْجِدِ فَقَالُوا قَصُرَتْ الصَّلَاةُ وَفِي الْقَوْمِ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ فَهَابَا أَنْ يُكَلِّمَاهُ وَفِي الْقَوْمِ رَجُلٌ فِي يَدَيْهِ طُولٌ يُقَالُ لَهُ ذُو الْيَدَيْنِ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَسِيتَ أَمْ قَصُرَتْ الصَّلَاةُ قَالَ لَمْ أَنْسَ وَلَمْ تُقْصَرْ فَقَالَ أَكَمَا يَقُولُ ذُو الْيَدَيْنِ فَقَالُوا نَعَمْ فَتَقَدَّمَ فَصَلَّى مَا تَرَكَ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ مِثْلَ سُجُودِهِ أَوْ أَطْوَلَ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ وَكَبَّرَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ مِثْلَ سُجُودِهِ أَوْ أَطْوَلَ ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ وَكَبَّرَ فَرُبَّمَا سَأَلُوهُ ثُمَّ سَلَّمَ فَيَقُولُ نُبِّئْتُ أَنَّ عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ قَالَ ثُمَّ سَلَّمَ

Dari Abu Hurairah berkata, "Rasulullah bersama kami melaksanakan salah satu dari salat yang berada di waktu malam." Ibnu Sirin berkata, "Abu Hurairah menyebutkan menyebutkan (nama) salat tersebut, tetapi aku lupa." Abu Hurairah mengatakan, "Beliau salat bersama kami dua rakaat kemudian salam, kemudian beliau mendatangi kayu yang tergeletak di masjid. Beliau lalu berbaring pada kayu tersebut seolah sedang marah dengan meletakkan lengan kanannya di atas lengan kirinya serta menganyam jari jemarinya, sedangkan pipi kanannya diletakkan pada punggung telapak tangan kiri. Kemudian beliau keluar dari pintu masjid dengan cepat. Orang-orang pun berkata, "Apakah salat telah diqashar (diringkas)?" Padahal ditengah-tengah orang banyak tersebut ada Abu Bakar dan 'Umar, dan keduanya enggan membicarakannya. Sementara di tengah kerumunan tersebut ada seseorang yang tangannya panjang dan dipanggil dengan nama Dzul Yadain, dia berkata, "Wahai Rasulullah, apakah Tuan lupa lupa atau salat diqashar?" Beliau menjawab, "Aku tidak lupa dan salat juga tidak diqashar." Beliau bertanya, "Apakah benar yang dikatakan Dzul Yadain?" Orang-orang menjawab, "Benar." Beliau kemudian maju ke depan dan mengerjakan salat yang tertinggal kemudian salam. Setelah itu beliau takbir dan sujud seperti sujudnya yang dilakukannya atau lebih lama lagi. Kemudian beliau mengangkat kepalanya dan takbir, kemudian takbir dan sujud seperti sujudnya atau lebih lama lagi, kemudian mengangkat kepalanya dan takbir." Bisa jadi orang-orang bertanya kepadanya (Ibnu Sirin), apakah dalam hadits ada lafadz 'Kemudian beliau salam' lalu ia berkata, aku mendapat berita bahwa Imran bin Hushain berkata, kemudian beliau salam.'" (HR. Bukhari no. 460)

Hadits di atas menunjukan Rasulullah sempat lupa dalam shalat dzuhur, yang seharusnya berjumlah 4 rakaat, saat itu beliau hanya melakukan 2 rakaat, maka yang di lakukan adalah menambah jumlah rakaat yang kurang, lalu sujud sahwi di lakukan setelah salam

2. Dilakukan karena menambah rakaat setelah shalat selesai, dikarenakan sebelumnya rakaat shalat belum sempurna, contoh hadit berikut ketika kejadian shalat Ashar

عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى الْعَصْرَ فَسَلَّمَ فِي ثَلَاثِ رَكَعَاتٍ ثُمَّ دَخَلَ مَنْزِلَهُ فَقَامَ إِلَيْهِ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ الْخِرْبَاقُ وَكَانَ فِي يَدَيْهِ طُولٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَذَكَرَ لَهُ صَنِيعَهُ وَخَرَجَ غَضْبَانَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ حَتَّى انْتَهَى إِلَى النَّاسِ فَقَالَ أَصَدَقَ هَذَا قَالُوا نَعَمْ فَصَلَّى رَكْعَةً ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ

Dari Imran bin Hushain bahwa Rasulullah ﷺ salat Asar, lalu mengucapkan salam pada rakaat ketiga, kemudian masuk rumahnya. Lalu seorang laki-laki yang dipanggil al-Khirbaq berdiri menujunya, dalam keadaan di tangannya terjulur seraya dia bertanya, 'Wahai Rasulullah, ' lalu dia menyebutkan sesuatu yang telah beliau berbuat. Dan Rasulullah keluar dalam keadaan marah dengan menyeret surbannya hingga berhenti pada orang-orang seraya bersabda, 'Apakah benar yang dikatakan orang ini?' Mereka menjawab, 'Ya benar.' Lalu beliau salat satu rakaat kemudian mengucapkan salam kemudian bersujud dua kali kemudian mengucapkan salam." (HR. Muslim no. 898)

C. Cara melakukan sujud sahwi karena ada keraguan tentang kewajiban dalam shalat, maka di lakukan dengan 2 tempat, yaitu sebelum dan sesudah salam :

i. Ragu namun bisa menemukan keyakinan akan rakaatnya, maka sujud sahwi sebelum salam

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ فَلَمْ يَدْرِ كَمْ صَلَّى ثَلَاثًا أَمْ أَرْبَعًا فَلْيَطْرَحْ الشَّكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَا اسْتَيْقَنَ ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ فَإِنْ كَانَ صَلَّى خَمْسًا شَفَعْنَ لَهُ صَلَاتَهُ وَإِنْ كَانَ صَلَّى إِتْمَامًا لِأَرْبَعٍ كَانَتَا تَرْغِيمًا لِلشَّيْطَانِ

Dari Abu Sa'id al-Khudri dia berkata, "Rasulullah ﷺ bersabda, 'Apabila salah seorang dari kalian ragu dalam salatnya, dan tidak mengetahui berapa rakaat dia salat, tiga ataukah empat rakaat maka buanglah keraguan, dan ambilah yang pasti (yaitu yang sedikit). Kemudian sujudlah dua kali sebelum memberi salam. Jika ternyata dia salat lima rakaat, maka sujudnya telah menggenapkan salatnya. Dan jika, ternyata salatnya memang empat rakaat maka kedua sujudnya itu adalah sebagai penghinaan bagi setan." (HR. Muslim no. 888)

ii. Ragu dan tidak bisa menemukan keyakinan akan rakaatnya, maka sujud sahwi setelah salam

عَنْ عَلْقَمَةَ قَالَ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِبْرَاهِيمُ زَادَ أَوْ نَقَصَ فَلَمَّا سَلَّمَ قِيلَ لَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَحَدَثَ فِي الصَّلَاةِ شَيْءٌ قَالَ وَمَا ذَاكَ قَالُوا صَلَّيْتَ كَذَا وَكَذَا قَالَ فَثَنَى رِجْلَيْهِ وَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ فَسَجَدَ سَجْدَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ فَقَالَ إِنَّهُ لَوْ حَدَثَ فِي الصَّلَاةِ شَيْءٌ أَنْبَأْتُكُمْ بِهِ وَلَكِنْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ أَنْسَى كَمَا تَنْسَوْنَ فَإِذَا نَسِيتُ فَذَكِّرُونِي وَإِذَا شَكَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلَاتِهِ فَلْيَتَحَرَّ الصَّوَابَ فَلْيُتِمَّ عَلَيْهِ ثُمَّ لِيَسْجُدْ سَجْدَتَيْنِ

dari Alqamah dia berkata, Abdullah berkata, "Rasulullah ﷺ salat -Ibrahim berkata- melebihi atau kurang dari jumlah rakaat (yang semestinya). Tatkala beliau memberi salam, ditanyakan kepadanya, 'Wahai, Rasulullah! Apakah ada perubahan dalam salat?' Nabi bertanya, 'Mengapa demikian pertanyaanmu?' Mereka menjawab, 'Kamu salat begini, begini, dan begini.' Lalu beliau menyimpulkan kedua kakinya menghadap ke kiblat, lalu bersujud dua kali, kemudian memberi salam. Kemudian beliau menghadapkan mukanya kepada kami seraya bersabda, 'Sesungguhnya jika ada suatu perubahan tentang cara salat, tentu aku memberitahukan kepada kalian semua. Aku hanyalah manusia yang bisa saja lupa (salah) sebagaimana kalian juga bisa lupa (salah). Karena itu, apabila aku lupa, maka ingatkanlah aku. Dan apabila kamu ragu dalam salat tentang jumlah rakaatnya, ambillah yang pasti benar (yaitu jumlah yang sedikit), lalu sempurnakanlah atasnya, kemudian bersujudlah dua kali." (HR. Muslim no. 889)

Do’a Ketika Sujud Sahwi

Sebagian ulama menganjurkan do’a ini ketika sujud sahwi,

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو

Subhana man laa yanaamu wa laa yas-huw” (Maha Suci Dzat yang tidak mungkin tidur dan lupa). [4]

Namun dzikir sujud sahwi di atas cuma anjuran saja dari sebagian ulama dan tanpa didukung oleh dalil. Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan,

قَوْلُهُ : سَمِعْت بَعْضَ الْأَئِمَّةِ يَحْكِي أَنَّهُ يَسْتَحِبُّ أَنْ يَقُولَ فِيهِمَا : سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُو – أَيْ فِي سَجْدَتَيْ السَّهْوِ – قُلْت : لَمْ أَجِدْ لَهُ أَصْلًا .

Perkataan beliau, “Aku telah mendengar sebagian ulama yang menceritakan tentang dianjurkannya bacaan: “Subhaana man laa yanaamu wa laa yas-huw” ketika sujud sahwi (pada kedua sujudnya), maka aku katakan, “Aku tidak mendapatkan asalnya sama sekali. [5]

Sehingga yang tepat mengenai bacaan ketika sujud sahwi adalah seperti bacaan sujud biasa ketika shalat. Bacaannya yang bisa dipraktekkan seperti,

سُبْحَانَ رَبِّىَ الأَعْلَى

Subhaana robbiyal a’laa” [Maha Suci Allah Yang Maha Tinggi (HR. Muslim no. 772)

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ ، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى

Subhaanakallahumma robbanaa wa bi hamdika, allahummagh firliy.” [Maha Suci Engkau Ya Allah, Rabb kami, dengan segala pujian kepada-Mu, ampunilah dosa-dosaku] (HR. Bukhari no. 817 dan Muslim no. 484)

Dalam Mughnil Muhtaj salah satu kitab fiqih Syafiiyah- disebutkan, Tata cara sujud sahwi sama seperti sujud ketika shalat dalam perbuatann wajib dan sunnahnya, seperti meletakkan dahi, thumaninah (bersikap tenang), menahan sujud, menundukkan kepala, melakukan duduk iftirosy,ketika duduk antara dua sujud sahwi, duduk tawarruk, ketika selesai dari melakukan sujud sahwi,dan dzikir yang dibaca pada kedua sujud tersebut adalah seperti dzikir sujud dalam shalat.

[1] Lihat: Lisanul Arob 14/406 Karya Ibnu Manzhur

[2] Lihat: Al-Iqna’ Lisy-Syirbiny 2/89

[3] Lihat Majmu’ Al-Fatawa 23/28).

[4] Bacaan sujud sahwi semacam ini di antaranya disebutkan oleh Imam Nawawi rahimahullah dalam Roudhotuth Tholibiin, 1/116, Mawqi’ Al Waroq

[5] At Talkhis Al Habiir, Ibnu Hajar Al Asqolani, 2/6, Al Madinah Al Munawwaroh, 1384