


Sirah Para Ulama Dalam Memuliakan Ilmu [1]
Kisah perjuangan para ulama dalam menuntut ilmu memang ajaib. Membuat kita bergeleng-geleng kepala keheranan. Jika tidak termaktub di kitab-kitab yang otentik, mungkin akan banyak orang yang tidak percaya, berikut ini beberapa kisah pengorbanan para ulama dalam memuliakan ilmu [1. Kisah perjalanan ulama dalam mencari ilmu]
Makmur Hidayat M.Pd.
3/23/20243 min read


Sirah para ulama dalam memuliakan ilmu [1]
Kisah perjuangan para ulama dalam menuntut ilmu memang ajaib. Membuat kita bergeleng-geleng kepala keheranan. Jika tidak termaktub di kitab-kitab yang otentik, mungkin akan banyak orang yang tidak percaya, berikut ini beberapa kisah pengorbanan para ulama dalam memuliakan ilmu.
1. Kisah perjalanan ulama dalam mencari ilmu
a. Kisah Jabir bin abdillah radhiallahu’anhu berkorban menempuh perjalanan 1 bulan, menjual harta untuk bekal dalam mencari 1 hadits.
Diriwayatkan Ahmad no. 15464 ;
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَقِيلٍ أَنَّهُ سَمِعَ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ بَلَغَنِي حَدِيثٌ عَنْ رَجُلٍ سَمِعَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فَاشْتَرَيْتُ بَعِيرًا ثُمَّ شَدَدْتُ عَلَيْهِ رَحْلِي فَسِرْتُ إِلَيْهِ شَهْرًا حَتَّى قَدِمْتُ عَلَيْهِ الشَّامَ فَإِذَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُنَيْسٍ فَقُلْتُ لِلْبَوَّابِ قُلْ لَهُ جَابِرٌ عَلَى الْبَابِ فَقَالَ ابْنُ عَبْدِ اللَّهِ قُلْتُ نَعَمْ فَخَرَجَ يَطَأُ ثَوْبَهُ فَاعْتَنَقَنِي وَاعْتَنَقْتُهُ فَقُلْتُ حَدِيثًا بَلَغَنِي عَنْكَ أَنَّكَ سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْقِصَاصِ فَخَشِيتُ أَنْ تَمُوتَ أَوْ أَمُوتَ قَبْلَ أَنْ أَسْمَعَهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ يُحْشَرُ النَّاسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَوْ قَالَ الْعِبَادُ عُرَاةً غُرْلًا بُهْمًا قَالَ قُلْنَا وَمَا بُهْمًا قَالَ لَيْسَ مَعَهُمْ شَيْءٌ ثُمَّ يُنَادِيهِمْ بِصَوْتٍ يَسْمَعُهُ مِنْ قُرْبٍ أَنَا الْمَلِكُ أَنَا الدَّيَّانُ وَلَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ أَنْ يَدْخُلَ النَّارَ وَلَهُ عِنْدَ أَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَقٌّ حَتَّى أَقُصَّهُ مِنْهُ وَلَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ أَنْ يَدْخُلَ الْجَنَّةَ وَلِأَحَدٍ مِنْ أَهْلِ النَّارِ عِنْدَهُ حَقٌّ حَتَّى أَقُصَّهُ مِنْهُ حَتَّى اللَّطْمَةُ قَالَ قُلْنَا كَيْفَ وَإِنَّا إِنَّمَا نَأْتِي اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ عُرَاةً غُرْلًا بُهْمًا قَالَ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ
Artinya : “Jabir bin Abdullah berkata, telah sampai hadits kepadaku dari seorang laki-laki yang mendengar dari Rasulullah ﷺ, kontan saya membeli unta, kuikat kencang perbekalanku dan kuarahkan perjalananku untuk menemuinya selama satu bulan. Selanjutnya aku menemuinya tepatnya di Syam, tak tahunya orang itu adalah Abdullah bin Unais. Saya berkata kepada penjaga pintu, "Katakan padanya, Jabir sedang menunggunya di di depan pintu." Lalu dia bertanya, kamu adalah Ibnu Abdullah, saya menjawab, Ya. Lalu dia keluar dengan menginjak pakaiannya, dia memelukku dan sebaliknya aku juga memeluknya, saya berkata, telah sampai kepadaku suatu hadits darimu, kamu mendengar Rasulullah ﷺ tentang perkara qishas, saya khawatir apabila engkau meninggal ataupun saya meninggal sebelum saya dapat mendengarnya. (Abdullah bin Unais) berkata, saya mendengar Rasulullah bersabda, "Manusia akan dikumpulkan pada hari kiamat", --atau bersabda dengan redaksi para hamba--, dalam keadaan telanjang, tidak berkhitan dan dalam keadaan buhman", lalu kami bertanya, "Apakah buhman itu?" Beliau bersabda, "Tidak memakai pakaian sehelai benangpun", lalu ada suara yang memanggil mereka dari dekat, 'Aku adalah raja dan Aku Dayyan (pemberi pembalasan) tidaklah patut bagi seorang penduduk neraka untuk masuk neraka sedangkan dia mempunyai hak atas dirinya sampai Aku memberikan haknya. Sampai satu tamparan sekalipun. (Jabir bin Abdullah) berkata, kami bertanya, Bagaimana ini? Kami mendatangi Allah 'Azza wa Jalla dalam keadaan telanjang dan tidak berkhitan, dan tidak memakai sehelai benangpun? maka beliau bersabda, "Kalian datang dengan kebaikan dan keburukan".”
Perjalanan menuntut ilmu adalah kebiasaan para ulama, sampai-sampai yahya bin ma’in berkata “Ada 4 golongan yang tidak akan mendapatkan kecerdasan. Salah satunya adalah, laki-laki yang menulis ilmu di daerahnya sendiri dan tidak melakukan perjalanan untuk mencari hadits.”[1]
b. Sa’id ibn musayyib seorang alim di madinah, dilahirkan 13 H, wafat pada 94 H, Disebutkan ibnu katsir dalam Al Bidayah wa An Nihayah, 9/10, beliau mengatakan melakukan perjalanan berhari- berhari, dan bermalam- malam hanya untuk mencari 1 hadits[2]
c. Al Faqih Ahmad bin Hamdan Al Hambali dalam kitabnya, Sifat Al Fatwa Wa Al mufti, halaman 78, mengatakan bahwa imam ahmad in hambal berkata. “Aku melakukan perjalanan mencari ilmu dan Assunnah ke perbatasan-perbatasan, negeri-negeri syam, negeri-negeri tepi pantai, maroko, al jazair, makkah, madinah, hijaz, yaman, irak, persia, Khurasan, gunung-gunung, dan setiap sudut, kemudian barulah aku kembali ke baghdad[3]
d.Rihlahnya Ulama Jarh wa Ta'dhil, Abu Hatim ArRozi
Beliau berkata :
“Aku menghitung langkah kakiku dalam Menuntut ilmu, lebih dari 1000 farsakh24, setelah itu aku tidak menghitung lagi”
“Aku bersafar mulai dari Kufah menuju Baghdad, saya tidak tau sudah berapa kali bolak balik. Berlanjut dari Mekkah ke Madinah juga berkali-kali, Lalu aku safar lagi dari laut dekat dengan Kota Sala (Maroko) menuju Mesir, berikutnya ke Ramla (Palestina) hingga Baitul Maqdis, Asqalan,Tobariyah.”
“Setelah itu menuju Dimaskus, hingga Himsh, lalu Anthokiyah sampai ke Thursus. Dari Thursus balik lagi ke Himsh, karena ada satu Hadist Abil Yaman yang tertinggal hingga aku mendengarkannya. Dari Himsh menuju ke Baisan, Raqqah, Furot hingga Baghdad. Lalu kembali lagi ke Kufah melewati Syam, dari Wasit menuju Nil. Semua itu dilakukan dengan jalan kaki. Menghabiskan waktu selama 7 tahun.[4]
e. Dalam kitab Tahdzib at Tahdzib, 11/387, diterangkan biografi ya’kub bin sufyan al farisi yang gemar bertualang mencari ilmu, di kisahkan, ya’kub bin sufyan berkata, “Aku telah menulis ilmu dari seribu orang guru, bahkan lebih, semuanya adalah orang-orang tsiqah.”. Ya’kub bin sufyan juga berkata, “Aku melakukan perjalanan mencari ilmu selama 30 tahun.”[5]
f. Muhammad Bin Thahir Al Maqdisi, dia pernah mengalami kencing darah sebanyak 2 kali ketika mencari ilmu. Sebab, dia harus menempuh perjalanan yanga sangat jauh di hari yang sangat panas. Tidak diragukan lagi bahwa kesabarannya dalam menanggung beratnya kesulitan ini mendapatkan balasan sebaik-baik pahala dari Allah dan namanya menjadi harum[6]
=========================
[1] Yasir Maqosid, Terj. Kisah-Kisah Para Ulama Dalam Menuntut Ilmu (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2016), hlm. 15.
[2] Ibid, hlm. 19.
[3] Ibid, hlm. 22.
[4] Ibid, hlm. 30.
[5] Ibid, hlm. 31.
[6] Ibid, hlm. 40.